Apakah keutamaan mencium hajar aswad? Kenapa banyak umat Muslim yang berlomba-lomba untuk melakukan ritual ini? Apakah menyentuh hajar aswad atau menciumnya merupakan bagian dari rukun haji?
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan jamaah haji yang berlomba-lomba untuk mencium, menyentuh, atau meraih hajar aswad. Tidak jarang mereka saling menyakiti karena aktivitas ini. Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang hal ini?
Sekilas Tentang Hajar Aswad
Pernah mendengar tentang joki untuk mencium hajar aswad? Mungkin terdengar aneh, tetapi obsesi sebagian Muslim menyebabkan munculnya joki ini. Sebenarnya adakah keutamaan dari menyentuh hajar aswad atau menciumnya?
Sebelum mengulik lebih jauh tentang keutamaan-keutamaan yang barangkali ada pada aktivitas mencium atau menyentuh hajar aswad, Anda perlu tahu dulu tentang batu ini. Sudah jelas bahwa hajar aswad adalah sebuah batu sebagaimana sabda Rasulullah pada hadis berikut:
“Hajar Aswad turun dari surga, padahal batu itu begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. (HR Tirmidzi).
Kabarnya hajar aswad ada di bumi untuk menjadi pedoman bagi Nabi Adam AS. Seiring pergantian masa kenabian, batu ini lalu ditemukan Nabi Ismail AS dan oleh Nabi Ibrahim AS dipasang di ka’bah.
Apa tujuan Nabi Ibrahim memasang hajar aswad ke ka’bah? Tidak lain untuk dijadikan sebagai patokan saat tawaf. Letak hajar aswad bisa Anda temukan di tenggara ka’bah, tetapi sekarang ini bentuknya sudah tidak utuh.
Pecahan-pecahan hajar aswad disatukan kembali dan kemudian ditempelkan ke ka’bah. Terdapat besi putih yang dipakai melingkari pecahan-pecahan batu ini agar tidak terpisah-pisah.
Lalu, apakah ada dalil untuk mencium hajar aswad? Sebenarnya tidak, tetapi Rasul Muhammad SAW senantiasa mencium atau menyentuh batu ini bila menunaikan umroh. Kebiasaan tersebut selanjutnya diikuti oleh para sahabat Rasul dan dipertahankan sampai sekarang.
Umar bin Khattab pernah berkata,
“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu”. (HR Bukhari)
Mencium, menyentuh, atau mengusap hajar aswad ternyata pernah dilakukan oleh Rasulullah. Namun demikian, Anda tidak boleh membahayakan jamaah lain saat ingin melakukan ritual ini. Jangan sampai terobsesi secara berlebihan sehingga melakukan segala cara untuk sekadar menyentuh hajar aswad.
Hikmah Mencium Hajar Aswad
Tidak ada dalil yang memerintahkan Muslim untuk mencium atau mengusap batu hajar aswad saat melaksanakan haji atau umroh, tetapi kenapa masih banyak dilakukan sampai sekarang? Setidaknya beberapa hal berikut bisa menjadi hikmah dari upaya umat Muslim untuk menghampiri batu ini:
1. Mengikuti Rasulullah SAW
Memang benar tidak ada dalil yang menyuruh Anda untuk menghampiri hajar aswad lalu menciumnya, tetapi Nabi Muhammad pernah melakukan hal ini. Sebagai umat Muslim yang berpegang teguh pada tuntunan Rasulullah, tidak heran bila sampai sekarang kebiasaan tersebut masih dipertahankan.
Hajar aswad sejatinya hanyalah batu, tetapi diperlakukan berbeda sebab demikianlah apa yang dilakukan oleh Rasulullah. Meskipun Rasul tidak secara khusus memerintahkan umatnya untuk mencium batu ini, tetapi kebiasaannya dipatuhi.
Tentu saja, mengusap hajar aswad hanya salah satu dari banyaknya kebiasaan Nabi yang dapat Anda teladani. Perkataan Nabi yang datangnya dari Allah bahkan dijadikan sebagai pedoman hidup oleh umat Muslim.
Sayangnya, sekarang ini tidak sedikit kaum Muslim yang memilah-milah ajaran nabi. Mereka mengambil ajaran yang dirasa gampang untuk dilakukan dan meninggalkan ajaran lainnya.
Kepatuhan Muslim sebagaimana patuhnya dalam berusaha menyentuh hajar aswad seharusnya terus diimplementasikan. Bukan cuma mengikuti kebiasaan Nabi untuk mengusap dan mencium batu ini, melainkan juga ajaran-ajaran belia yang lain.
2. Upaya untuk Mencapai Ketenangan Hati
Banyak umat Muslim yang mengakui bahwa menyentuh hajar aswad atau menciumnya memberikan mereka ketenangan hati. Hati terasa lebih damai dan keinginan untuk taat kepada Allah menguat dibandingkan hari-hari biasanya.
Haji atau umroh sendiri sebenarnya sering kali dihubungkan dengan kejadian-kejadian khusus yang meningkatkan nilai spiritual. Tidak jarang orang yang sebelumnya tidak berhijab menjadi berhijab sepulangnya dari haji.
Makkah dan Madinah memang merupakan tanah yang sakral bagi kaum Muslimin. Kedua kota ini tampaknya menjadi destinasi Impian bagi setiap Muslim. Tidak heran bila setelah berada di sini untuk menunaikan haji atau umroh, mereka mulai merasakan ketenangan di hati.
3. Melatih Kesabaran
Jangan bayangkan bahwa ritual mencium hajar aswad mudah dilakukan. Sebaliknya, sulit bagi orang yang sedang tawaf untuk menghampiri, mengusap, atau bahkan mencium batu ini. Situasinya ramai, orang-orang berlomba menyentuhnya juga sehingga aksi saling dorong sulit dihindarkan.
Saat situasinya tidak memungkinkan untuk menyentuh hajar aswad, Anda tidak perlu memaksakan diri melakukannya. Jangan sampai berdesakan dan menimbulkan kecelakaan bagi diri sendiri ataupun jamaah lain.
Menyentuh hajar aswad bukanlah sebuah kewajiban, jadi Anda harus mempertimbangkan mudaratnya. Keselamatan diri lebih penting dan diri Anda adalah satu-satunya yang bertanggung jawab atas keselamatan ini selama melakukan tawaf.
Hal wajib yang harus dilakukan dalam menunaikan haji atau umroh adalah tawaf, bukan menyentuh hajar aswad. Tindakan kesengajaan untuk menimbulkan bahaya bagi diri dan orang lain merupakan keharaman. Jadi ketika situasinya tidak memungkinkan, jangan memaksa untuk menyentuh batu ini.
Bersabarlah hingga Anda punya kesempatan untuk menyentuh hajar aswad. Namun bila setelah umroh dan haji yang telah dilalui Anda belum juga diberi kesempatan tersebut, maka tidak mengapa. Hal yang paling penting adalah kewajiban haji sudah ditunaikan.
4. Motivasi untuk Menunaikan Haji dan Umroh
Barangkali satu-satunya kesempatan yang bisa Anda dapatkan supaya bisa menghampiri hajar aswad adalah ketika melaksanakan tawaf. Jika Anda punya keyakinan tertentu tentang keutamaan mencium batu ini, maka gunakanlah keyakinan tersebut sebagai motivasi untuk melaksanakan umroh atau haji.
Tentunya, motivasi terkait hajar aswad bukan alasan utama untuk menunaikan haji atau umroh. Sadarilah bahwa ibadah ini dilakukan dengan harapan meraih ridha Allah.
Mencium hajar aswad, adakah hikmahnya? Ya, aktivitas ini bisa menjadi momentum untuk membuktikan keteladanan kepada Rasulullah sekaligus menguji kesabaran.