Artikel

Kumpulan Dalil Tentang Riya dan Cara Menghindarinya

Kumpulan-Dalil-Tentang-Riya-Cara-Menghindarinya-untuk-Kebaikan

Salah satu penyakit hati yang kerap dialami oleh hamba Allah adalah penyakit riya atau pamer. Dalil tentang riya identik dengan perbuatan seseorang yang melakukan amalan untuk mendapat pujian dari manusia. Semata-mata tidak ikhlas mengharapkan ridha Allah SWT saat mengerjakan amalannnya.

Pada hakikatnya, perbuatan ini telah melanggar prinsip ikhlas dan tawakal sehingga dilarang keras dalam Islam. Maka dari itu, umat muslim diajarkan memiliki niat baik di setiap perbuatan sehingga bisa tetap ikhlas. Hal ini juga sangat penting untuk menjaga hubungan yang semakin kuat dengan Allah SWT.

Kumpulan Dalil Tentang Riya

Sudah banyak sekali dalil tentang riya atau pamer yang sudah tercantum dalam kitab suci Al Qur’an. Berikut ini adalah beberapa dalilnya yang dapat dijadikan sebagai renungan untuk umat muslim.

1.  QS Al Maun : 4 – 7

Riya adalah salah satu perbuatan tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Ini karena semuanya dilakukan dengan tidak ikhlas, melainkan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Allah berfirman dalam surah Al Maun ayat 4 –7:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)

“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya’, dan enggan (menolong dengan) barang berguna”

2. Al Baqarah : 264

Riya termasuk syirik kecil yang merusak kebaikan dan ibadah sehingga menjadi tidak bernilai di hadapan Allah SWT. Sesuai firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

 

3. QS. Al Anfal : 47

Al Qur’an dalam surah Al Anfal ayat 47 juga menegaskan larangan untuk berbuat pamer atau riya:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.”

4. QS. An Nisa : 38

Allah SWT tidak menyukai hambanya yang menginfakkan hartanya dengan tujuan pamer atau riya. Dalam dalil tentang riya yang tertulis di Surah An Nisa ayat 38,  orang tersebut tidak beriman kepada Allah dan hari akhir:

وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ۗ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا

“Dan (juga) orang-orang yang menafkankan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.”

5. QS An Nisa : 142

Selanjutnya dalam  Surah An Nisa ayat 42 juga menyebutkan orang-orang yang beribadah untuk tujuan riya:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang yang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Cara Menghindari Riya yang Penting Dipahami

Meskipun termasuk penyakit hati,  riya atau pamer ternyata masih bisa dihindari dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini akan membuat umat muslim senantiasa mengingat namanya sehingga hati menjadi bersih.

Selain itu, untuk menghindari perbuatan bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:

1. Mulai dengan Memperbaiki Niat

Salah satu cara yang paling utama untuk menghindari perbuatan riya adalah dengan memperbaiki niat. Perlu diingat bahwa segala macam perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia ini tergantung pada niat.

Bila niatnya baik dan semata-mata hanya mengharap ridho Allah, maka niat baik tersebut sudah dicatat sebagai pahala. Begitu pula sebaliknya, jika hanya terbesit pikiran untuk mendapat pujian dari manusia maka berarti harus diperbaiki.

Perbuatan tersebut hanyalah sia-sia sehingga tidak akan memperoleh apapun, bahkan termasuk dosa. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu memperbaiki niat dalam hati sebelum mengerjakan suatu amalan.

2. Mengendalikan Diri

Setiap umat manusia selayaknya berusaha mengendalikan hati sehingga tidak mudah terbuai dengan pujian manusia. Sebuah pujian atau pengakuan baik dari orang lain terkadang bisa membuat seseorang termotivasi untuk menjadi lebih baik.

Namun, pujian bisa menjadi racun yang berbahaya sehingga seseorang terjerumus dalam perbuatan riya. Oleh karena itu, cobalah untuk mengendalikan diri dengan tidak terlalu membanggakan apa yang sudah dilakukan.

3. Merendah Diri

Kenikmatan duniawi  seperti kedudukan, harta benda, dan wajah yang rupawan seringkali membuat lupa diri. Padahal, segala kenikmatan yang dimiliki sejatinya hanyalah pemberian sementara dari Allah SWT. Manusia menganggap bahwa semuanya adalah hasil kerasnya yang dilakukan selama ini.

Pemikiran inilah yang memunculkan penyakit hati sehingga kehidupannya menjadi semakin tersesat. Maka dari itu, penting sekali untuk menyadari bahwa kita hanyalah makhluk ciptaan Allah yang hidup sementara. Semua yang dimiliki di dunia ini adalah titipan yang bersifat fana sehingga suatu saat akan musnah.

4. Memperbanyak Rasa Syukur

Sudah disebutkan dalam dalil tentang riya, ciri-ciri manusia riya adalah selalu mengharapkan pujian dari orang lain. Untuk menghindari perilaku tercela ini bisa dilakukan dengan mengucap rasa syukur kepada Allah. Bentuk rasa syukur ini bisa dengan mengucap Allhamdulilah setelah melakukan suatu kegiatan.

Jangan sampai memamerkan ibadah yang sudah dikerjakan untuk kepentingan pribadi yang menghapus amalan. Seperti misalnya untuk mendapatkan banyak teman, diagung-agungkan, dicintai orang sekitar, atau untuk naik jabatan.

Percayalah, pengakuan baik atau pujian yang diberikan manusia tidak berlangsung hingga selamanya. Jadi, mulai sekarang ini lebih baik mensyukuri segala sesuatunya dan niatkan semata hanya untuk Allah SWT.

5. Menyembunyikan Amal Kebaikan

Umat muslim dianjurkan untuk menyembunyikan amal kebaikan dan ibadah sebagai upaya menghindari riya. Meski begitu, terdapat ibadah tertentu yang tidak dapat disembunyikan seperti  puasa, membaca Al Qur’an dan sholat di masjid.

Ibadah umum ini tidak perlu berusaha untuk ditutupi, yang terpenting selalu berusaha ikhlas dalam mengerjakannya. Sedangkan ibadah yang tidak perlu dipamerkan adalah yang bersifat pribadi seperti sholat tahajud, bersedekah di masjid, dan lainnya.

Hanya cukup diri kita sendiri dan Allah saja yang maha mengetahui atas perbuatan tersebut. Sembunyikan ibadah seperti halnya menyembunyikan aib-aib yang ada di dalam diri kita sendiri. Dengan begitu, maka akan terhindari dari pujian orang lain sehingga dijauhkan dari sifat pamer atau riya.

6. Mengingat Kematian

Bila memang sulit menjauhkan diri dari perbuatan riya, cobalah untuk mengingat kematian yang bisa datang sewaktu-waktu. Ingatlah di dalam hati ataupun lisan bahwa kehidupan ini tidak akan berjalan selamanya.

Pujian manusia tidak mengandung nilai apapun, tidak pula mendatangkan pahala untuk seseorang yang dipuji. Bahkan, pujian yang terlalu berlebihan akan menjerumuskan manusia ke dalam api neraka.

Riya sejatinya termasuk perbuatan syirik kecil yang bisa membatalkan segala amalan saleh. Dalil tentang riya dapat dijadikan sebagai pengingat untuk menghilangkan pamer atau riya dalam mengerjakan amalan. Dengan senantiasa diingat dalam hati, diharapkan amalan yang dilakukan bisa diridhoi Allah SWT.

Konsultasi