Adzan dapat diartikan sebagai panggilan untuk seluruh umat muslim agar menjalankan shalat lima waktu. Tata cara adzan dilakukan dengan melafadzkan bacaan adzan secara keras baik itu di masjid maupun mushola.
Seiring berkembangnya zaman, kini adzan sudah bisa dikumandangkan dengan bantuan pengeras suara. Hal ini bertujuan supaya jangkauan adzan bisa semakin luas, sehingga lebih banyak umat muslim yang mendengar panggilan shalat tersebut.
Syarat Sah Adzan yang Wajib Diperhatikan
Sebelum membahas tata cara adzan yang benar, ketahui juga sejumlah syarat sah adzan. Adapun beberapa syarat sah adzan bagi seorang muadzin adalah sebagai berikut ini:
1. Sudah Memasuki Waktu Shalat
Syarat sah adzan dan iqomah yang paling utama adalah sudah memasuki waktu shalat fardhu. Apabila adzan dan iqomah dikumandangkan sebelum waktu shalat, maka akan dianggap tidak sah. Namun, ternyata masih ada pengecualian yang hanya dikhususkan untuk adzan subuh saja.
Adzan subuh berbeda dengan waktu shalat lainnya karena diperbolehkan untuk dilakukan dua kali. Waktu tersebut dimulai sebelum memasuki waktu subuh dan ketika waktu subuh tiba yang ditandai dengan terbitnya fajar shadiq.
2. Berniat Melaksanakan Adzan
Hendaknya seorang muadzin yang ingin melaksanakan adzan dan iqomah berniat terlebih dahulu dalam hatinya. Niat yang dimaksud dalam hal ini tidak perlu membaca lafadz tertentu seperti ibadah lainnya. Namun, niatkan dalam hati untuk melakukan adzan dan iqomah dengan ikhlas untuk Allah SWT semata.
3. Mengumandangkan Adzan dengan Bahasa Arab
Para ulama menyebutkan bahwa suatu adzan dianggap tidak sah jika dikumandangkan selain Bahasa Arab. Ulama yang memiliki pendapat seperti demikian adalah Mazhab Hambali, Mazhab Hanafiah, dan juga Hambali.
4. Mengucapkan Setiap Lafadz Sesuai Urutan
Syarat sah dalam melaksanakan adzan yang berikutnya adalah terkait lafadz yang harus diucapkan. Seperti yang sudah disampaikan dalam hadits-hadits shahih, setiap lafadz adzan dan iqomah sebaiknya diucapkan sesuai runtutan.
Seperti misalnya pada adzan subuh, maka lafadz bacaannya harus sesuai dengan urutannya. Lafadz bacaannya ada penambahan kata Ash Shalatu Khairum Minannaum sehingga berbeda dengan shalat fardhu lainnya.
5. Tidak Diperbolehkan ada kata yang Mengubah Makna
Maksudnya adalah ketika adzan, muadzin diwajibkan untuk terbebas dari berbagai kesalahan dalam hal pengucapan. Bila terjadi kesalahan saat mengucapkan lafadz, maka akan mengubah makna dan arti dari adzan tersebut. Sangat diwajibkan untuk mengucapkan lafadz adzan secara jelas dan benar supaya sah.
6. Mengucapkan Lafadz Secara Bersambung
Ini berarti bahwa bacaan adzan harus dikumandangkan tanpa bersambung, terputus-putus, dan tidak dipisahkan oleh perkataan yang tidak ada dalam urutan tersebut. Meskipun begitu, muadzin masih diperbolehkan untuk berbuat sesuatu yang ringan seperti bergeser ataupun bersin.
Tata Cara Adzan yang Baik dan Benar
Sebagaimana ibadah pada umumnya, adzan ternyata juga mempunyai tata cara yang tersendiri. Adapun tata cara adzan yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1. Muadzin Harus dalam Keadaan Suci atau Berwudhu
Adzan dan iqomah sudah menjadi salah satu elemen ibadah yang sangat berkaitan dengan shalat fardhu. Maka dari itu, seorang muadzin diharuskan dalam keadaan suci baik itu dari hadast besar ataupun kecil.
Dalam suatu riwayat juga disebutkan bahwa seorang muslim tidak boleh mengumandangkan adzan, terkecuali sudah berwudhu. Sesuai hadits yang disampaikan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
2. Menghadap Kiblat
Dalam agama Islam, kiblat merupakan arah yang paling baik sehingga dijadikan acuan umat muslim dalam beribadah. Posisi ini juga yang bisa dijadikan muadzin sebelum mengumandangkan adzan dan iqomah di masjid. Apalagi semua muadzin di jaman Rasullah selalu menghadap ke arah kliblat saat adzan.
Namun, Ibnu Mundzir menyebutkan bahwa menghadap ke arah kiblat saat adzan hukumnya adalah sunnah. Jika seorang muadzin tidak menghadap ke arah kiblat, maka adzannya dianggap sah tetapi makruh.
3. Meletakkan Kedua Jarinya dalam Dua Telinga
Meletakkan dua jari hingga masuk ke dalam dua telinga perlu dilakukan muadzin untuk mengeraskan suaranya. Selain itu, tata cara adzan ini juga mampu menghasilkan suara yang lebih lebih nyaring dan bagus.
Seorang muadzin Rasulullah SAW, Saad meriwayatkan bahwa Rasulullah meminta kepada Bilal untuk meletakkan dua jarinya supaya masuk ke dalam dua telinganya. Setelah itu beliau bersabda:
“Hal itu mengeraskan suaramu,” (HR Ibnu Majah)
4. Muadzin Berdiri di Tempat yang Lebih Tinggi
Selain meletakkan kedua jari dalam dua telinga, sangat dianjurkan untuk berdiri di tempat yang lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan agar suara muadzin dalam mengumandangkan adzan bisa didengar oleh orang banyak.
Tempat tinggi yang dimaksud adalah lokasi lokasi yang ideal untuk melaksanakan adzan seperti menara masjid. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada Bilal seperti berikut ini:
قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: ياَ بِلَالُ قُمْ فَنَادِ لِلصَّلَاةِ
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Bilal, berdirilah dan kumandangkan adzan untuk shalat.’”
5. Niat dan Mengumandangkan Adzan
Setelah mendapatkan posisi yang pas, maka bisa dilanjutkan dengan mengawali niat dalam hati sebelum adzan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti menyambung setiap dua kalimat takbir dalam satu nafas.
Pada shalat subuh, wajib hukumnya untuk menambahkan kalimat “Ash Shalatu Khairum Minannaum”. Menoleh ke arah kanan saat mengucapkan kalimat HAYYA ALAS SHALAH. Sedangkan pada kalimat HAYYA ALAL FALAH diharuskan untuk menoleh ke arah kiri.
6. Membaca Doa Setelah Adzan
Meski adzan selesai, tata cara adzan bisa dilanjutkan dengan membaca doa setelah adzan. Namun hukumnya adalah sunnah dengan bacaan sebagai berikut:
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ اِنَكَ لاَ تُخْلِفُ اْلمِيْعَاد
Arab-latin: Allahumma rabba haadzihid da’watit taammah. Wash shalaatil qaa-imah. Aati muhammadal wasiilata wal fadhiilah, wab’atshu maqoomam mahmuudal ladzii wa’adtahu innaka la tukhliful mi’ad.
Artinya: “Ya Allah, Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang sempurna dan memiliki sholat yang didirikan. Berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah dia ke tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau telah janjikan.”
Bacaan Adzan
Adapun bacaan adzan yang dapat diamalkan oleh seorang muadzin dapat disimak pada ulasan berikut ini:
الله اكَْبَرُ الله اكَْبَر الله اكَْبَرُ الله اكَْبَرُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar! (2×)
(Allah Maha besar, Allah Maha besar)
اَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ اِلآَ اَللهُ اَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ اِلآَ اَللهُ
Asyhadu alla Ilaaha illallah (2×)
(Aku bersaksi tiada Ilah yang haq disembah selain Allah)
اَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُو لُ الله
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2×)
(Aku bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah)
حَيَّ عَلَى الصَّلاَة حَيَّ عَلَى الصَّلاَة
Hayya ‘alash-shalah (2×)
(Mari kita shalat)
حَيَّ عَلَى الفَلاَح حَيَّ عَلَى الفَلاَح
Hayya ‘alal falah (2×)
(Mari menuju kebahagiaan)
الله اكَْبَرُ الله اكَْبَرُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar
(Allah Maha besar, Allah Maha besar)
لاَ إِلَهَ اِلآَ اَلله
Laa Ilaaha illallah’
(Tidak ada ilah yang haq disembah selain Allah)
Tata cara adzan harus dipahami oleh seorang muslim, terutama yang sering mengumandangkan adzan atau muadzin. Adzan yang dikumandangkan di masjid atau mushola harus dikumandangkan dengan keras. Maka dari itu, muadzin biasanya akan mengeraskan suara beserta alat pengeras suara.